Pertikaian Guru ! anak dan orang tua

- Jumat, 25 November 2022 | 21:02 WIB
Orang tua, guru dan anak harus terkoneksi
Orang tua, guru dan anak harus terkoneksi

PortalRepublik.com-Kotamobagu. Setiap anak memiliki guru yang melekat kuat dalam ingatannya. Interaksi dan interkoneksi anak dan Guru dalam satuan pendidikan terkadang berjalan cukup panjang sehingga menyisakan ingatan yang sulit dilupakan, terlebih bila ada momentum yang menguatkan ingatannya semisal lomba yang diikuti anak didik dan guru sebagai pembimbingnya.

Meskipun, demikian dimasyarakat sering kita dapati pola hubungan orang tua - guru dan anak didik tidak terbangun dengan baik.

Kondisi hubungan tersebut mengakibatkan interaksi yang tidak saling memahami antar orang tua dan guru sehingga anak menjadi korbannya.

Dalam interaksi penulis dengan beberapa orang tua generasi “baby boomers”, sering temukan ungkapan yang menggambarkan perbedaan pola hubungan antara orang tua dan anak pada masa ini dibandingkan pada masa mereka dulu ( tahun 80 dan 90 an).

Dimasa itu hubungan antara orang tua dan anak cenderung berjarak. Diantara yang nampak jelas adalah ekspresi dari rasa sayang antara orang tua-anak (terutama bapak pada anaknya) amat jarang diungkapkan langsung. Untuk di cium, dipelukan atau sekedar ungkapan sayang menjadi hal yang jarang atau bahkan tabu diberikan oleh orang tua terhadap anaknya.

Terutama bagi anak yang mulai menginjak masa remaja. Pola hubungan bapak-anak yang relatif "dingin" ini hampir merata, dimana sang bapak lebih cenderung menyerahkan hampir semua urusan anak dan domestik (dalam rumah) ditangani sang Ibu. Dengan pola relasi ini, anak akan tumbuh mencari jalannya sendiri.

Pola relasi / hubungan ini rupanya berlaku juga dalam urusan hubungan guru - orang tua dan siswa disekolah. Nyaris semua hal yang terjadi di sekolah adalah menjadi domain para guru.

Bapak/orang tua merasa kewajibannya hanyalah menyiapkan uang sekolah dan tanda tangan raport.

Tak ada cerita para orang tua terlibat dalam sistem sekolah anaknya, seperti yang saat ini jamak dijumpai.

Perubahan paradigma pendidikan rupanya belum diikuti perubahan kebiasaan Ayah/Orang Tua yang terjebak dalam romansa masa lalu di era “kolonial” itu. Dimana terdapat pembagian wilayah otoritas kehidupan anak. Yaitu bila di rumah merupakan domain orang tua dan di sekolah merupakan teritory atau wilayah guru.

Seiring berkembangya tehnologi informasi pola relasi Bapak / Orang tua dengan anak menjadi sangat cair. Pola hubungan (relasi) menjadi lebih demokratis dan hangat, ini terjadi hampir disemua rumah, terutama anak-anak dari generasi milenial dan generasi z.

Perubahan relasi tersebut menjadikan orang tua amat sangat peduli terhadap perkembangan anaknya. Mereka melahap berbagai macam literatur digital tentang pengembangan anak dan selalu ingin terlibat dalam sistem pendidikan di sekolahnya.

Orang tua diera keterbukaan informasi ini atau milenial adalah orang tua yang tergila-gila dalam mencintai anak-anaknya.

Para orang tua generasi milenial berbeda dengan generasi sebelumnya, mereka lebih protektif bahkan nyaris paranoid untuk melindungi anak-anaknya.

Sikap paranoid, diperparah dengan adanya informasi mengenai berbagai kejadian buruk yang menimpa anak-anak melalui berbagai kanal sosial media yang mudah diakses.

Halaman:

Editor: Mohammad Julianto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

PARPOL dalam Pusaran PILRES ??

Sabtu, 4 Maret 2023 | 10:06 WIB

Anak ! Kekayaan ayah yang sering terabaikan...

Jumat, 3 Maret 2023 | 15:08 WIB

Terpantau, Gunung Kerinci kembali alami erupsi

Selasa, 6 Desember 2022 | 16:33 WIB

6 warga Semarang meninggal karena kecelakaan bus

Minggu, 4 Desember 2022 | 16:54 WIB

Pertikaian Guru ! anak dan orang tua

Jumat, 25 November 2022 | 21:02 WIB
X